Sabtu, 07 Juli 2012

KPM Dewi Sartika

Kelompok Perempuan Mandiri Dewi Sartika merupakan salah satu kumpulan partisipasi masyarakat dalam upaya menyelesaikan persoalan yang muncul di masyarakat itu sendiri. Bertitik tolak dari kemandirian seperti yang diungkapkan oleh Ir .Soekarno (Presiden ke 1 RI) yang menyatakan bahwa masyarakat yang mandiri adalah masyarakat  yang berdikari dalam bidang ekonomi, berkepribadian dalam bidang kebudayaan, dan berdaulat dalam bidang politik. 

Selanjutnya salah satu elemen yang juga saat ini merupakan ujung tombak bagi kemajuan bangsa adalah perempuan. Perempuan merupakan ibu yang tidak saja sebagai manusia yang bisa melahirkan akan tetapi juga merupakan pilar bagi kemajuan suatu generasi. Selain itu persoalan perempuan juga yang saat ini mulai harus beperan dalam bidang ekonomi dan tidak sepenuhnya bergantung kepada kaum lelaki (suami) mengindikasikan bahwa perempuan harus mulai memberdayakan diri dan meningkatkan kualitas, sehingga mampu berperan dan melaksanakan tugas – tugasnya dengan baik, yang tentunya beriringan dengan kaum laki – laki. 

Dewi Sartika merupakan salah satu tokoh perempuan, yang menjadi inspirasi bagi kaum perempuan hari ini untuk bangkit dari keterbelakangan dengan mendirikan sekolah maka hal tersebut juga menginspirasi kami untuk mengikuti jejak langkahnya melalui Kelompok Perempuan Mandiri yang dinamakan KPM “DewiSartika”. 

Permasalahan masyarakat yang muncul saat ini adalah miskin kota, yang salah satu eksesnya adalah munculnya komunitas jalanan (Anak, ibu dan remajaj alanan). Dari permasalahan tersebut mendorong kami untuk mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan melibatkan mereka sebagai subjek bukan hanya sebagai objek. Realita hari ini pemerintah masih belum mampu mengatasi problematika jalanan tersebut,  sebagai buktinya data menunjukan angka kemiskinan dan anak jalanan semakin meningkat. 

Penanganan – penanganan yang dilakukan pemerintah (seperti razia, bantuan langsung, penanganan general) telah terbukti tidak terlaksana secara komperhensif yang ditandai dengan tidak berkurang bahkan makin parahnya jumlah angka kemiskinan dan komunitas jalanan. Masyarakat sebenarnya harus ditingkatkan kesadarannya, wawasannya, mentalitasnya dan keterampilannya melalui pendidikan – pendidikan yang berbasiskan kemandirian  masyarakat (pemberdayaan). Selanjutnya perangkat pemberdayaan seperti paraakademisi, mahasiswa, dan juga ormas-ormas dapat melibatkan diri dan bekerja sama dengan pemerintah sehingga kemandirian masyarakat dalam mengatasi persoalannya dapat terwujud. 

Salah satu permasalahan kemiskinan di kota Bandung adalah munculnya komunitasj alanan Simpang Dago, Simpang Merdeka, Simpang Braga, Simpang Laswi, Simpang Gatot Subroto, Stasiun Kiara Condong dan Simpang Tol Pasir Koja. Kondisi komunitas jalanan ini sangat memprihatinkan, anak-anak yang seharusnya mengenyam bangku pendidikan akhirnya turun kejalan untuk mencari nafkah, karena orang tuanya tidak memiliki keahlian dan tidak memiliki akses pekerjaan yang padaakhirnya mereka menunggu anak-anaknya  di jalan. Sesuai dengan slogan kota Bandung yakni “Bandung Kota Bermartabat “, fenomena tersebut merupakan hal yang tidak bisa dibiarkan. Anak-anak harus diberikan hak-haknya sesuai dengan undang -undang perlindungan anak. Keluarga-keluarga miskin harus ditingkatkan pendapatannya dan kualitasnya, sehingga dapat hidup sejahtera. 

Kelompok Perempuan Mandiri Dewi Sartika adalah organisasi yang menangani kasus komunitas jalanan yang berbasiskan pemberdayaan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ( Pendidikan, ekonomi dan kesehatan). Dalam pelaksanaannya komunitas jalanan ini juga tidak hanya berperan sebagai objek tetapi juga sebagai subjek, sehingga tertanam rasa kemandirian pada komunitas jalanan. KPM Dewi Sartika ini dimotori olehmahasiswa, professional dan penggiat seni yang sudah siap mengorgansir untuk melakukan pemberdayaan masyarakat sehingga diharapkan dapat mengatasi persoalan -persoalan tersebut secara sistematis, adaptif dan berkelanjutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar